Sapardi Djoko Damono
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir
di Surakarta, 20 Maret 1940;
umur 75 tahun) adalah seorang pujangga berkebangsaanIndonesia terkemuka. Ia dikenal
melalui berbagai puisi-puisinya yang
menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer,
baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadiguru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima
penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan
anugerah SEA Write Award.
Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah
seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkanmusikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu").Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD. Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkanmusikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu").Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD. Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi karya SDD dimulai
pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi
karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada
siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku
Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh
H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian
dari "Soundtrack Cinta dalam
Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.
Beberapa tahun kemudian lahirlah
album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan
musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari
Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa
Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Album "Hujan Dalam Komposisi"
menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.
Sebagai tindak lanjut atas banyaknya
permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu,
yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album
"Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008
juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi
interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.
Sumber : Wikipedia
Sumber : Wikipedia
Wee sastrawann
BalasHapusHidupnya penuh dengan karya-karya sastra hehe
HapusMenarik ya
BalasHapusMau coba jadi sastrawan ?
Hapuswih keren
BalasHapus